Tuesday, December 18, 2018

XXIX: LXIV




Kita adalah aktor.
Merepresentasikan segala sifat dan kehendak di panggung kolosal. Menyangka bahwa dirinya adalah dirinya. Tenggelam terlampau menghayati peran. Merengkuh pilu, melepas tawa. Memacu ambisi, menggenggam eksistensi. Merasa memiliki segala rasa.
Hingga kala puput cerita, sadar kita kehidupan barusan semu belaka.

Saturday, April 22, 2017

Pendar

Pandang Satu kepada yang banyak
Pandang banyak kepada yang Satu

Kulihat Cahya berpendar
Menebar pijar
Menyebar suar

Kulihat pendar terpancar
Menelusur Akar
Menuju Asal

Sudah kuduga aku ini fana'
Engkaulah yang Baqa'



April 2017


Friday, June 24, 2016

Perempuan dan Luka



perempuan;

adalah bumi yang mengandung semesta keramat di dalam jiwanya

dan di setiap sungai yang mengalir dari matanya terdapat rajam para malaikat yang mengutukku atas setiap luka

Wednesday, June 22, 2016

Parade Perjalanan Kita Yang Ganjil



Kau adalah salah satu dunia yang kutemukan di antara dunia-dunia lain di ruang kegelapan di sana. Di dalam keberadaanmu yang misterius itu, terpantulkan cahaya bintang yang menghentikan pandangan mataku. Kau adalah dunia yang sama seperti dunia-dunia lainnya di sana, biasa. Bedamu adalah atmosfer yang kau miliki dan tanda-tanda lain yang terlihat misterius yang mengungkapkan keberadaan sebuah dunia lain di permukaan dan di dalamnya. Aku memang tak tau apa-apa tentangmu. Di tengah rotasi dan revolusi rutin ini, aku menjumpai berbagai macam dunia di perjalananku berputar mengelilingiNya. Dunia-dunia yang unik, yang datang dan pergi dari pandangan mata. Ada yang begitu dekat, hingga permukaannya pun terlihat. Ada yang walaupun dekat, permukaannya misterius ditutupi atmosfer yang tebal. Ada keberadaan yang memikat, ada pula yang singgungan orbitnya melukai. Namun ada yang begitu jauh, yang hanya terlihat sosoknya yang kecil dari kejauhan. Aku meneropong segala dunia di sana, di antara ruang kegelapan yang tiada ujung. Aku menemukanmu, keberadaanmu. Entah apa yang menghentikan lama pandanganku ke sana.

Kau adalah salah satu dunia di kejauhan sana, yang aku tak tau apa-apa tentangnya. Aku berpikir, menerka, seperti apa dunia di permukaannya, terbuat dari apa dunianya dan bahan apa saja yang menyusun dunia dan atmosfernya. Segalanya kutelusuri. Kuteropong, kupelajari. Dalam sejarah kehidupanku mungkin tidak ada yang bertahan selama ini. Begitu dalam aku terpesona dengan bayangan dari pantulan cahayaNya pada dirimu. Kau tak tau, tak perlu tau. 


Kau adalah salah satu dunia di kejauhan yang sama seperti dunia-dunia lainnya selain aku. Aku mulai mengirimkan tanda padamu bahwa aku ada. Bahwa ada dunia lain selainmu di kejauhan, salah satunya adalah aku. Aku mengirimkan sinyal bahwa aku melihatmu. Aku ada, dan aku melihatmu. Namun aku tak berharap apa pun selain kau menerima sinyal keberadaanku. Meski begitu kau membalas sinyal yang kukirimkan. Aku menangkapnya, dan aku merasa bisa menjalin komunikasi baru dengan salah satu dunia menarik di kejauhan sana. Aku mengambil segala yang bisa kuambil darimu. Dataku semakin bertambah untuk digunakan mengenal duniamu yang misterius. Aku memuaskan keingintahuanku, ketertarikanku di tengah jenuh perjalanan ini. Mungkin hingga aku merasa tak perlu menutupi apa pun, aku gagal. Dan sinyal terputus. Entah ada gangguan di ruang ini atau kau pemutusnya. Dan, aku tak memahami apa pun tentangmu. Segala data yang kumiliki tak ada gunanya.

Di titik perjalanan ini, aku menyadari bahwa aku adalah pengagummu. Tapi semoga aku bisa mengarahkan teropong pada keberadaan dunia-dunia lainnya di sana, selainmu, dan menyudahi keingintahuanku padamu. Tapi aku tak bisa. Mungkin aku perlu mengirim sinyal terakhir padamu. Dorongan untuk membuatmu menyadari bahwa duniamu, bayangannya begitu berarti bagi keberadaanku di sini. Aku berharap meninggalkan jejak pada sejarah keberadaanmu di ruang ini. Terserah, aku hanya ingin diketahui. Dan menyesal, karna segampang itu aku membuatmu terganggu dengan sinyal yang –penting atau pun tak penting bagimu- harusnya tak semudah itu dikeluarkan. 

Aku merasa seperti halnya makhluk-makhluk sejenisku yang bisa merasakan perasaan ini yang ekstrim terasa karena bukan yang biasa. Bingung, ketika datang tanda darimu, aku hampir tak tau bersikap seperti apa setelah egoismeku kupuaskan.

Dan, bilangan pun semakin membesar. Kebinasaan segala keberadaan di ruang ini mendekati titik nol. Kehidupan sudah berada semakin jauh dari putaran balik. Aku, kau, dan mereka semua masih di orbit masing-masing, mengukir sejarah keberadaan masing-masing.

Kini, kukirimkan sinyal tak berarah, dan kuharap kau menangkapnya. Aku masih terperangkap dalam bayanganmu yang semakin jauh dan hampir tak terlihat lagi dari sini.
 

***


Kita adalah sungai yang mengalir. Yang mulanya berjalan pada poros masing-masing. Hingga suatu saat kau dan aku saling menyadari keberadaan kita, dan --entah dengan dorongan apa, menembus bebatuan untuk bertemu satu sama lain. Saling berangkulan, bertukar partikel, unsur, dan elemen-elemen yang kita miliki. Kita menyatu. Kita saling memberi semuanya. Hingga tak ada yang tersisa sama sekali. Kemudian kita kering. Kita keracunan. Kita meracuni satu sama lain.