Di
sebuah jembatan besar yang sepi didekat sebuah hutan yang menghubungkan jalan
menuju sebuah desa, seorang ronin dihadang oleh segerombolan penyamun yang
bersenjata lengkap. Lantas
sang ronin menghentikan langkahnya. Wajahnya tampak tenang. Tak
terlihat guratan-guratan kecemasan di wajahnya.
Tanpa
ba-bi-bu gerombolan penyamun tersebut langsung mengepungnya sehingga tak ada
celah untuknya melarikan diri. Kesemua dari penyamun tersebut memakai pakaian
yang sama. Serupa seragam kebesaran sebuah klan. Nampaknya
ada silang-sengketa yang belum terselesaikan diantara mereka, atau bisa jadi
kelompok yang menghadang itu hanyalah gerombolan penyamun biasa yang berniat
jahat merampok sang ronin? Perduli setan!
Tanpa
banyak kata-kata, dua kali tarikan nafas kemudian terjadilah sebuah pertarungan
sengit yang diiringi sebuah teriakan. Lantas kemudian disusul jeritan-jeritan
yang memilukan. Beberapa
orang dari kelompok penyamun mati terkapar dengan kondisi yang mengenaskan,
salah seorang dari mereka berakhir dengan kepala terbelah. Sebagian yang
lainnya kehilangan anggota-anggota tubuh. Tangan
kaki dan kepala berserakan di tanah. Darah muncrat. Tercecer. Banjir darah
di atas jembatan.
Namun,
sejurus kemudian keadaan berbalik. Sang ronin yang kalah jumlah kewalahan
menghadapi serangan lawan yang bertubi-tubi. Penyamun
seperti singa lapar yang marah terus menyerangnya. Ronin
itu merasa pantang untuk melarikan diri.
Sang ronin menolak, berkompromi memang bukan kebiasaan mereka. Melihat
keadaan begitu genting dan merasa tak ada peluang baginya untuk selamat,
akhirnya ia lebih memilih melakukan seppuku, dan mengakhiri nyawanya
ditangannya sendiri secara gagah berani. Ronin
itu tergeletak dan mati ditanah dengan usus terburai.
Di kejauhan
di sungai tak jauh dari jembatan itu seekor kumbang berbisik perihal tragedi
berdarah tersebut pada gemerisik rerumputan. Ia
berkata
"Bunuh diri adalah jalan terbaik memulihkan kehormatan. Lelaki itu
mengakhirinya secara kesatria".
Dan
rumput menjawab setengah menghardik kepada kumbang
"Begitukah? Aku rasa
telah ada silang sengketa diantara mereka. Dia memilih mengakhiri nyawanya
dengan melakukan seppuku dan mati secara kesatria. Dengan begitu, ia merasa
telah mempertahankan harga dirinya.
Tapi
bukankah, semua itu hanyalah pikirannya saja..."
No comments:
Post a Comment