Aku
tahu engkau marah
Menahan
serapah menyambutku di ujung pintu rumah
Namun
tidakkah kau dapat bermurah?
Pada
lelaki yang tak tahu kemana kan melangkah
Malam
merekah, mari kita ulangi kaji
Apa-apa
yang menjadi pertanyaan hati
Dilengkapi,
secawan kopi yang siap berbagi
Apa
lagi yang patut kita ingkari?
Kini,
ku pinta kau perjelas segala kias
Sebelum
mentari hadir dengan pagi menetas
Aku
takut tautan waktu yang ku punya terlanjur meretas
Dan
rotasi jarum pun kian lekas melintas
Selintas,
kau mulai mengerutkan dahi
"Biar
kuluruskan persoalan hakiki!"
Kau
mulai diskusi dengan semburan aksi
Aku
bereaksi dengan asap meninggi
Perlahan
kopi, tereduksi seluruh gelas
Aku
siap bergegas;
Tak
perlu ada kesimpulan penjelas
Karena
rutinitas, pesan mu tak pernah membekas
Desember 2013
No comments:
Post a Comment