Wednesday, September 2, 2015

Rembang Petang

Rembang petang,
Saat mata elang masih menjagai merahnya ufuk barat
Kubacakan kembali puisi sebagai penyambung selang infus
bagi harapan yang hampir mampus
ditelan kesepakatan vampir yang coba menginvasi tanah kami
Maka kami berkonsensus, untuk menolak menyia-nyiakan hidup serupa mendorong batu Sisifus
Sejak tanah, air, dan udara kami adalah persembahan bagi bendera korporasi

Rembang petang,
Aku bakar kembali dupa,
Penyulut kesumat muara angkara orang-orang mati;
yang dicacat-lumpuhkan, dibisu-butakan, dihilang-paksakan pedalaman hutan terlarang
pasca penjarahan massal di tengah-tengah ladang dan parit
Menunggu keluar dari pertapaan, mengheningkan doa di malam yang bertaring
Menziarahi air mata dan mata air yang kian mengering

Rembang petang,
Langit meradang,
Kurapalkan kembali mantra, pemanggil arwah orang-orang kalah dalam sengketa
Menggentayangi tenda-tenda pengungsi dan kebun
Memberi nyawa pada kata-kata, cangkul dan celurit
Menyumpahi nyalak bedil dan sepatu lars,
yang menyeret mereka ke dalam kandang serupa pesakitan

Sepadan pembalasan, seimpas perlawanan



27 Agustus 2015

No comments:

Post a Comment