Rembang
petang,
Saat
mata elang masih menjagai merahnya ufuk barat
Kubacakan
kembali puisi sebagai penyambung selang infus
bagi
harapan yang hampir mampus
ditelan
kesepakatan vampir yang coba menginvasi tanah kami
Maka
kami berkonsensus, untuk menolak menyia-nyiakan hidup serupa mendorong batu
Sisifus
Sejak
tanah, air, dan udara kami adalah persembahan bagi bendera korporasi
Rembang
petang,
Aku
bakar kembali dupa,
Penyulut
kesumat muara angkara orang-orang mati;
yang
dicacat-lumpuhkan, dibisu-butakan, dihilang-paksakan pedalaman hutan terlarang
pasca
penjarahan massal di tengah-tengah ladang dan parit
Menunggu
keluar dari pertapaan, mengheningkan doa di malam yang bertaring
Menziarahi
air mata dan mata air yang kian mengering
Rembang
petang,
Langit
meradang,
Kurapalkan
kembali mantra, pemanggil arwah orang-orang kalah dalam sengketa
Menggentayangi
tenda-tenda pengungsi dan kebun
Memberi
nyawa pada kata-kata, cangkul dan celurit
Menyumpahi
nyalak bedil dan sepatu lars,
yang
menyeret mereka ke dalam kandang serupa pesakitan
Sepadan
pembalasan, seimpas perlawanan
27 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment