Wednesday, February 24, 2016

Dimensi Keberadaan dan Waktu


Kamu tahu apa yang paling misterius di kehidupan ini? Cinta? Bukan. Takdir? Ah ya, tapi bukan itu yang kumaksud. Hal yang paling misterius di dunia ini adalah waktu. Kamu tidak akan pernah tahu seperti apa bentuknya. Sejak kapan ia dimulai. Sampai kapan ia berakhir. Bagaimana sifatnya. Bagaimana ia bekerja. Dan seperti apa keunikan-keunikannya.


***


Sebagaimana sebuah maha sastra bermula, dan sebagaimana kisah layaknya pantas diceritakan dari kejadian yang hanya bisa ceritakan, alkisah, dulu segalanya bertitik awal dari sebuah Pohon Terlarang yang tumbuh di tengah-tengah taman yang luas, --yang dipenuhi dan dihuni oleh pepohonan yang ranum dan segar, sungai-sungai yang mengalir bercabang-cabang, mata air yang memancarkan kemurniannya, binatang-binatang dengan bola mata yang bulat dan bulu-bulu yang indah berlari-lari di padang rumput yang hijau, malaikat-malaikat yang berkerudung berbaris-baris dalam beberapa shaf dan kelompok, atau bahkan para peri bersayap yang terbang dari ranting ke ranting atau dari telaga ke telaga. 

Dan lalu, Pohon Terlarang tersebut membuka lembar pertama sejarah peradaban dari sebuah maha sastra kehidupan yang panjang ketika buahnya dengan tanpa dosa dijamah oleh Bapak para manusia yang dengan kepolosan jiwanya jatuh di dalam bujuk rayu sang Perempuan yang sebelumnya diiming-imingi oleh makhluk yang gerangan esok menjadi musuh abadi kaum manusia dengan sesuatu bernama Keabadian.

Lalu apa itu keabadian? Seperti apakah keabadian? Apakah keabadian adalah tidak berlakunya hukum-hukum waktu terhadap sesuatu yang bersifat abadi itu sendiri? Apakah keabadian berarti suatu kondisi statis dimana tidak berlaku segala sifat-hukum mutlak dan relatif yang keterlaluan paradoksnya sebagaimana yang berlaku dalam dimensi x, y, z, dan t seperti yang kita diami sekarang?


***


***


Konon, setelah memakan buah Pohon Terlarang tersebut, keduanya menyadari aurat masing-masing dan kemudian timbullah rasa malu di dalam hati mereka. Terbukalah pengetahuan duniawi tentang aib dan kehormatan, tentang baik dan jahat, tentang benar dan salah. Lalu terbesitlah perasaan berdosa di dalam hati mereka atas kesalahan akan pelanggaran yang telah diperbuatnya. Sesuatu yang selama ini sebelumnya tidak pernah disadari oleh mereka. Karena memang hakikatnya di Taman tersebut tidak mengenali nilai-nilai benar dan salah, pantas dan tidak, moral dan amoral. Segala konsepsi, sifat dan hukum-hukum tersebut sesungguhnya hanya berlaku kemudian di dalam dimensi materi.

Maka sebagai halnya yang telah seharusnya termaktub, Pohon Terlarang tersebut membuat mereka terusir dari Taman Firdaus yang sesungguhnya telah memiliki segalanya di sana, --keindahan, keajaiban, dan bahkan termasuk keabadian itu sendiri. Keabadian yang justru tidak akan pernah dapat mereka definisikan sebagai Keabadian bila mereka tidak terjatuh ke muka bumi, tempat dimana mereka hidup di dalam dimensi materi yang serba relatif dan dinamis yang memang berjodoh dengan akal dan rasio untuk mendefinisikan segala sesuatu, tentang benar dan salah, baik dan jahat, moral dan amoral, sebagaimana sifat yang memang dihakikatkan terhadap buah Pohon Terlarang tersebut.


***


Dan akhirnya di sinilah kita. Mencoba-coba mendefinisikan segala sesuatu. Mendefinisikan tentang Keabadian, Waktu, Kehidupan. Dan hei, kurang Sastra apa lagi kisah tentang Taman Firdaus itu?

No comments:

Post a Comment