Kamu
tahu apa yang paling misterius di kehidupan ini? Cinta? Bukan. Takdir? Ah ya,
tapi bukan itu yang kumaksud. Hal yang paling misterius di dunia ini adalah
waktu. Kamu tidak akan pernah tahu seperti apa bentuknya. Sejak kapan ia
dimulai. Sampai kapan ia berakhir. Bagaimana sifatnya. Bagaimana ia bekerja. Dan
seperti apa keunikan-keunikannya.
***
Sebagaimana sebuah maha sastra bermula, dan
sebagaimana kisah layaknya pantas diceritakan dari kejadian yang hanya bisa ceritakan, alkisah, dulu segalanya bertitik awal dari sebuah Pohon Terlarang yang tumbuh di
tengah-tengah taman yang luas, --yang dipenuhi dan dihuni oleh pepohonan yang
ranum dan segar, sungai-sungai yang mengalir bercabang-cabang, mata air yang
memancarkan kemurniannya, binatang-binatang dengan bola mata yang bulat dan
bulu-bulu yang indah berlari-lari di padang rumput yang hijau,
malaikat-malaikat yang berkerudung berbaris-baris dalam beberapa shaf dan
kelompok, atau bahkan para peri bersayap yang terbang dari ranting ke ranting atau
dari telaga ke telaga.
Dan lalu, Pohon Terlarang tersebut membuka
lembar pertama sejarah peradaban dari sebuah maha sastra kehidupan yang
panjang ketika buahnya dengan tanpa dosa dijamah oleh Bapak para manusia yang
dengan kepolosan jiwanya jatuh di dalam bujuk rayu sang Perempuan yang
sebelumnya diiming-imingi oleh makhluk yang gerangan esok menjadi musuh abadi kaum
manusia dengan sesuatu bernama Keabadian.
Lalu apa itu keabadian? Seperti apakah
keabadian? Apakah keabadian adalah tidak berlakunya hukum-hukum waktu terhadap sesuatu
yang bersifat abadi itu sendiri? Apakah keabadian berarti suatu kondisi statis
dimana tidak berlaku segala sifat-hukum mutlak dan relatif yang keterlaluan
paradoksnya sebagaimana yang berlaku dalam dimensi x, y, z, dan t seperti yang
kita diami sekarang?
***
Konon, setelah memakan buah Pohon Terlarang
tersebut, keduanya menyadari aurat masing-masing dan kemudian timbullah rasa
malu di dalam hati mereka. Terbukalah pengetahuan duniawi tentang aib dan kehormatan,
tentang baik dan jahat, tentang benar dan salah. Lalu terbesitlah perasaan berdosa
di dalam hati mereka atas kesalahan akan pelanggaran yang telah diperbuatnya. Sesuatu
yang selama ini sebelumnya tidak pernah disadari oleh mereka. Karena memang
hakikatnya di Taman tersebut tidak mengenali nilai-nilai benar dan salah,
pantas dan tidak, moral dan amoral. Segala konsepsi, sifat dan hukum-hukum tersebut
sesungguhnya hanya berlaku kemudian di dalam dimensi materi.
Maka sebagai halnya yang telah seharusnya
termaktub, Pohon Terlarang tersebut membuat mereka terusir dari Taman Firdaus
yang sesungguhnya telah memiliki segalanya di sana, --keindahan, keajaiban, dan
bahkan termasuk keabadian itu sendiri. Keabadian yang justru tidak akan pernah dapat mereka
definisikan sebagai Keabadian bila mereka tidak terjatuh ke muka bumi, tempat dimana
mereka hidup di dalam dimensi materi yang serba relatif dan dinamis yang memang
berjodoh dengan akal dan rasio untuk mendefinisikan segala sesuatu, tentang
benar dan salah, baik dan jahat, moral dan amoral, sebagaimana sifat yang memang
dihakikatkan terhadap buah Pohon Terlarang tersebut.
***
Dan
akhirnya di sinilah kita. Mencoba-coba mendefinisikan segala sesuatu.
Mendefinisikan tentang Keabadian, Waktu, Kehidupan. Dan hei, kurang Sastra apa
lagi kisah tentang Taman Firdaus itu?
No comments:
Post a Comment