“Kamu nyadar nggak, kalo ternyata semesta ini cuma memproduksi hal yang sama berulang-ulang? Setiap fenomena atau pengalaman yang terjadi tu sebenernya udah pernah terjadi di masa lalu, tapi terjadi lagi dengan peran, waktu, suasana dan cerita yang berbeda. Esensinya tetep sama.”
“Maksudnya? Ini kamu lagi ngomongin LGBT
dan kaum Luth apa gimana?
“Maksudku, hidup itu repetisi. Cuma benar
dan salah; sedih dan senang, gagal-berhasil, pesimis-optimis, bodoh-bijaksana,
ceroboh—hati-hati. Itu aja. Kayak bilangan biner. Atau siang dan malam. Itu-itu aja. Contohnya dalam skala
individual deh, kalo suatu hari kamu ngerasa gembira karena suatu hal, itu adalah
bentuk lain dari kesenangan. Atau kamu ngerasa bangga, bahagia, puas, itu tetep
aja intinya bentuk dari kesenangan kan? Sama aja kalo kamu ngerasa resah, menyesal,
kecewa, patah hati dan seterusnya. Itu namanya kesedihan. Setiap hari adalah
pengulangan nilai-nilai, emosi, struktur yang itu-itu aja. Dan dalam skala yang
lebih luas, dunia bergerak dengan pola
yang hampir selalu sama dari zaman ke zaman. ”
“Makanya setiap zaman selalu ada bentuk jahiliyahnya
masing-masing gitu? Dan azabnya masing-masing? Ini kamu lagi ngomongin Atlantis,
Babilonia, atau apa sih?”
“Ah,
entahlah…”
No comments:
Post a Comment