Dalam A Thousand Words, Eddie Murphy adalah Jack
McCall, seorang agen penerbit buku yang dikutuk "terhubung" dengan
sebatang pohon ajaib milik Dr. Sinja, seorang praktisi spiritual yang menemukan rahasia hidup sebagai apa yang dia sebut sebagai "mutiara biru". Demi memperoleh kontrak dengan Sinja, McCall mati-matian memanipulasi Sinja untuk meyakinkan Sinja agar memilih dirinya sebagai editor untuk bukunya, walau sesungguhnya McCall sendiri tidak setuju dengan filosofi Sinja. McCall adalah
jenis manusia banyak bicara, pandai bernegosiasi, cerewet dan mahir meyakinkan
orang lain. Namun kutukan itu bekerja ketika McCall berbicara. Semakin banyak
ia bicara, semakin banyak daun-daun berguguran, semakin McCall merasakan sakit.
Pada akhirnya bila semua daun habis, maka McCall akan mati. Alhasil, ia harus berhemat kata-kata. Akibat "sikap diamnya", banyak kawan-kawannya yang salah mengartikan sikapnya, bahkan istrinya bingung ketika McCall berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Sikap diam McCall akhirnya semakin menimbulkan masalah-masalah baru. Namun dalam perjalanan di antara masalah-masalah tersebut, McCall justru tersadar dan belajar memahami kehidupan. Pada akhirnya kutukan tersebut tanpa disadari mengantarkan McCall menemukan rahasia hidup tentang kebahagiaan; kesederhanaan, memberi dan menerima.
Pada akhirnya bila semua daun habis, maka McCall akan mati. Alhasil, ia harus berhemat kata-kata. Akibat "sikap diamnya", banyak kawan-kawannya yang salah mengartikan sikapnya, bahkan istrinya bingung ketika McCall berkomunikasi dengan bahasa isyarat. Sikap diam McCall akhirnya semakin menimbulkan masalah-masalah baru. Namun dalam perjalanan di antara masalah-masalah tersebut, McCall justru tersadar dan belajar memahami kehidupan. Pada akhirnya kutukan tersebut tanpa disadari mengantarkan McCall menemukan rahasia hidup tentang kebahagiaan; kesederhanaan, memberi dan menerima.
Paralel dengan kutipan Pram, hidup itu sederhana, interpretasilah yang berbelit-belit. Bukan kata-kata yang membikin rumit, penafsirannyalah yang membuat pelik.
No comments:
Post a Comment