Sayang, mungkin kita perlu untuk sama-sama belajar
mengendalikan diri. Sebagaimana hidup adalah tentang mengendalikan dan
melampiaskan. Ada yang harus dilampiaskan dan ada yang harus dikendalikan. Bahwa
dalam berpacu, kuda harus dilampiaskan. Bahwa dalam makan dan minum, nafsu
harus dibatasi. Bukankah itu yang membuat kita sebagai manusia berbeda dari
makhluk yang tak diberi kapabilitas untuk dapat memenej segala hal yang
sekiranya dapat mencelakakan atau menyelamatkan diri mereka?
Aku ingin kita sama mengendalikan rasa.
Mengendalikan rindu. Mengendalikan amarah. Mengendalikan cemburu. Mengendalikan
curiga. Mengendalikan apa saja yang berkecamuk di dalam diri kita. Aku tak
memintamu memusnahkannya. Siapakah yang menancapkan semua perasaan-perasaan itu
di hati manusia? Bila cinta adalah api, maka rindu adalah panasnya. Dan ia
wajib ada. Sebagaimana amarah diperlukan supaya ia membuat kita mengerti
batasan-batasan.
Aku hanya ingin kita perlahan-lahan
berdamai dengan segala yang bergejolak di dalam diri kita. Bersahabat
dengannya. Sehingga kita dapat sama-sama mengatur dan memproporsikan segala
macam rasa itu sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketepatan yang telah ditetapkanNya.
Agar ia tak menjadi angin yang pelan-pelan menjelma menjadi gelombang yang
membabi-buta menghanyutkan kita ke segala arah. Agar ia tidak menyerupai anggur
yang memabukkan kemudian menerbangkan kita melayang-layang dan membuat kita
lupa berpijak di bumi. Agar ia tidak menjadi laju yang tak terkendali sehingga
membuat kita kehilangan kewaspadaan.
Sayang, tahukah kau? Bahwa pertengkaran tidak
lebih menyedihkan dibandingkan tidak saling bicara? Bahwa kecurigaan lebih
perih daripada kecemburuan? Dan keraguan lebih menyakitkan daripada kebencian? Aku
tak berharap itu terjadi pada kita. Tetapi, walaupun toh itu terjadi tersebab suatu hal, bukankah kita harus menghikmahi
segala hal yang terjadi di dalam cerita kita? Setiap suka dan lukanya. Semuanya.
Seperti jarak dan jeda yang memeluk kita saat ini. Bukankah dengan jarak kita
belajar untuk merindu? Bukankan jeda mengajarkan kita tentang kesetiaan?
Dan bila kelak kita sama-sama terjebak dalam
labirin super rumit yang ternyata diri kita sendirilah perancangnya, aku ingin
kita sama-sama mengibarkan bendera putih dan mulai menyatukan peta.
No comments:
Post a Comment