Thursday, March 17, 2016

Bisik Cermin




Sayang, mungkin kita perlu untuk sama-sama belajar mengendalikan diri. Sebagaimana hidup adalah tentang mengendalikan dan melampiaskan. Ada yang harus dilampiaskan dan ada yang harus dikendalikan. Bahwa dalam berpacu, kuda harus dilampiaskan. Bahwa dalam makan dan minum, nafsu harus dibatasi. Bukankah itu yang membuat kita sebagai manusia berbeda dari makhluk yang tak diberi kapabilitas untuk dapat memenej segala hal yang sekiranya dapat mencelakakan atau menyelamatkan diri mereka?

Aku ingin kita sama mengendalikan rasa. Mengendalikan rindu. Mengendalikan amarah. Mengendalikan cemburu. Mengendalikan curiga. Mengendalikan apa saja yang berkecamuk di dalam diri kita. Aku tak memintamu memusnahkannya. Siapakah yang menancapkan semua perasaan-perasaan itu di hati manusia? Bila cinta adalah api, maka rindu adalah panasnya. Dan ia wajib ada. Sebagaimana amarah diperlukan supaya ia membuat kita mengerti batasan-batasan.

Aku hanya ingin kita perlahan-lahan berdamai dengan segala yang bergejolak di dalam diri kita. Bersahabat dengannya. Sehingga kita dapat sama-sama mengatur dan memproporsikan segala macam rasa itu sesuai dengan ukuran-ukuran dan ketepatan yang telah ditetapkanNya. Agar ia tak menjadi angin yang pelan-pelan menjelma menjadi gelombang yang membabi-buta menghanyutkan kita ke segala arah. Agar ia tidak menyerupai anggur yang memabukkan kemudian menerbangkan kita melayang-layang dan membuat kita lupa berpijak di bumi. Agar ia tidak menjadi laju yang tak terkendali sehingga membuat kita kehilangan kewaspadaan.
 
Sayang, tahukah kau? Bahwa pertengkaran tidak lebih menyedihkan dibandingkan tidak saling bicara? Bahwa kecurigaan lebih perih daripada kecemburuan? Dan keraguan lebih menyakitkan daripada kebencian? Aku tak berharap itu terjadi pada kita. Tetapi, walaupun toh itu terjadi tersebab suatu hal, bukankah kita harus menghikmahi segala hal yang terjadi di dalam cerita kita? Setiap suka dan lukanya. Semuanya. Seperti jarak dan jeda yang memeluk kita saat ini. Bukankah dengan jarak kita belajar untuk merindu? Bukankan jeda mengajarkan kita tentang kesetiaan? 

Dan bila kelak kita sama-sama terjebak dalam labirin super rumit yang ternyata diri kita sendirilah perancangnya, aku ingin kita sama-sama mengibarkan bendera putih dan mulai menyatukan peta.

No comments:

Post a Comment