“Jika kamu pikir tak ada ruang sama sekali
bagi setiap probabilitas, semustahil apapun itu, dalam plot perjalanan semesta
yang amat, teramat, sangat misterius ini, kamu perlu membuka ingatan dan
melihat masa lalu.
Kurang mustahil apa lagi kehancuran
kebesaran maha diraja Fir’aun –yang dengan segala keperkasaan dan kelimpahan
kekayaan negerinya itu, jatuh oleh seorang anak lelaki –yang setelah mendengar
pemberitaan dari ramalan mimpinya tentang keruntuhan negerinya, Fir’aun sangat
mengupayakan untuk menjauhi, menghindari, melenyapkan, dan membunuh setiap
kemungkinan anak lelaki yang dimaksudkan oleh mimpinya itu namun justru diskenariokan
mendekat dengannya?
Tak mencengangkan apa lagi kisah pemindahan
istana ratu Saba –peristiwa yang segala entitas, benda dan pergerakannya oleh
Tuhan tidak diperkenankan untuk tunduk pada hukum-hukum dan sifat-sifat dimensi
materi, yang konon oleh Asif bin Barkhiya –sosok manusia belaka, mampu
mempecundangi Ifrit dengan tidak memerlukan interval yang melebihi kedipan mata
Sulaiman dalam memindahkan entitas tersebut ke segala arah?
Tidak mengejutkan bagaimana lagi kemenangan
prajurit yang berjumlah 313 personil
–bahkan dari sudut pandang seni perang dan teori militer mana pun, yang
tanpa menghinakan diri bertempur demi supremasi duniawi, justru dapat menembus
dan menaklukan pertahanan lawan yang berjumlah dua, tiga, atau entah berapa
kali lipat lebih banyak itu?
Jika kamu dihinggapi keraguan tentang tak
ada ruang sama sekali untuk setiap probabilitas, semustahil apapun itu, di alur
perencanaan Tuhan yang amat, teramat, sangat misterius dan indah ini,
No comments:
Post a Comment