Pukul
dua pagi, lelaki itu terbangun dengan degap
Bukan
karena mimpi buruk menyergap
Bukan
pula karena bunyi weker yang akrab
Entah
karena apa sebab, mungkin suhu udara yang biadab
Di
meja kamarnya ada setumpuk kitab
Berbab-bab
paragraf dan abjad
Juga
bilangan nominal yang harus dihisab
Kesemuanya
harus segera direhab
Lalu
dilihatnya layar telepon menampilkan lima panggilan tak terjawab
Ia
tergagap
***
Perempuan
itu menyandarkan diri ke kursi
Di
hadapannya meja berlaci
Dan
sebuah cermin yang merefleksikan ilusi diri
Lalu
diambilnya sebuah buku diari
Ia
mencurahkan atensi
Pada
lembaran tempat segala emosi
Tentu
saja, menulis di pagi hari adalah tradisi
Ini
semacam jenis kontemplasi
Dimana
ia bebas merumuskan segala asumsi
Meskipun
esok hari, ia tak akan pernah bisa memprediksi
***
Pada
pukul dua pagi
Aku
dan kau rutin hidup dalam ilusi
Dan
saling menyesali apa yang pergi
Serangkai
komunikasi; dan nilai yang teregresi
Maret 2014
No comments:
Post a Comment