Thursday, December 12, 2013

Obituari Hati

Malam ini aku datang
Kamar mu lengang
Tampak kau tertidur tenang
Tak ada kopi selamat datang?

Biarlah, kau tidur saja dalam pasrah
Meninggalkanku yang terpojok dalam ruang gelisah
Yang bermula hendak mengantar curahan resah
Dan menumpah gundah yang kian membuncah

Malam ini aku datang
Hanya sekedar duduk lancang
Memandang bulan di kursi teras belakang
Bersama bayang kenangan yang perlahan hilang

Kau masih tetap bermimpi indah
Sedang aku diam saja menengadah
Mendengar air sungai yang menceracah
Melupakan seonggok mayat basah di dalam rumah



Desember 2013

Apologia Dini Hari

Aku tahu engkau marah
Menahan serapah menyambutku di ujung pintu rumah
Namun tidakkah kau dapat bermurah?
Pada lelaki yang tak tahu kemana kan melangkah

Malam merekah, mari kita ulangi kaji
Apa-apa yang menjadi pertanyaan hati
Dilengkapi, secawan kopi yang siap berbagi
Apa lagi yang patut kita ingkari?

Kini, ku pinta kau perjelas segala kias
Sebelum mentari hadir dengan pagi menetas
Aku takut tautan waktu yang ku punya terlanjur meretas
Dan rotasi jarum pun kian lekas melintas

Selintas, kau mulai mengerutkan dahi
"Biar kuluruskan persoalan hakiki!"
Kau mulai diskusi dengan semburan aksi
Aku bereaksi dengan asap meninggi

Perlahan kopi, tereduksi seluruh gelas
Aku siap bergegas;
Tak perlu ada kesimpulan penjelas
Karena rutinitas, pesan mu tak pernah membekas



Desember 2013

Sunday, February 24, 2013

Dalam Keheningan Senja Yang Memekakkan Itu

Matahari boleh saja memerah kala hari senja
Memendarkan cahayanya yang tak lagi segarang tadi siang

Tapi kerinduan itu masih menyala,
dipeliharanya dari hari ke hari
Disulutnya sampai ke urat nadi

Tak seperti matahari yang enggan bertahan
Pelan-pelan ia malah hendak tenggelam ditelan lautan selatan
Lautan sendu

Laut tempat ibu tua itu terduduk di atas batu pinggir pantainya
Sejauh pandangan, hanya cakrawala di ujung batas
Ombak-ombak bergulung umpama kuas yang menyapu pasir putih sebagai kanvas

Lalu dilihatnya orang Minang singgah di pesisir
Mengakhiri perjalanan hari panjangnya
Memulai perantauan hari barunya

Dalam keheningan senja yang memekakkan itu,
didengarnya induk camar memekik-mekik menyuruh anaknya kembali ke sarang

Dalam keheningan senja yang memekakkan itu,
ia masih menunggu ketika matahari mulai redup