Tuesday, December 18, 2018

XXIX: LXIV




Kita adalah aktor.
Merepresentasikan segala sifat dan kehendak di panggung kolosal. Menyangka bahwa dirinya adalah dirinya. Tenggelam terlampau menghayati peran. Merengkuh pilu, melepas tawa. Memacu ambisi, menggenggam eksistensi. Merasa memiliki segala rasa.
Hingga kala puput cerita, sadar kita kehidupan barusan semu belaka.