Wednesday, February 24, 2016

Repetisi dan Waktu


Dalam Groundhog Day, Phil Connors adalah seorang reporter yang pergi ke Punxsutawney (sebuah kota yang sangat tidak disukainya) bersama produser acara berita bernama Rita dan juru kamera bernama Larry Elliott untuk bertugas meliput sebuah perayaan Hari Marmot Tanah (sebuah perayaaan yang sangat dibencinya) di kota itu pada tanggal 2 Februari. Celakanya, setelah tugasnya selesai, dia dan timnya yang pulang menuju Pittsburgh dihadang oleh badai salju yang menutup semua jalur perjalanan. Akhirnya, dia dan timnya harus kembali ke Punxsutawney dan menginap satu malam lagi.


Dan di sinilah keajaiban terjadi, Phil mendapati dirinya terbangun pada tanggal 2 Februari (tepat pada hari liputan perayaan). Hari itu terjadi lagi persis dengan yang telah terjadi pada 2 Februari sebelumnya, tetapi tak seorangpun kecuali Phil yang sadar akan adanya siklus waktu tersebut. Maka begitulah, setiap paginya Phil terbangun dan mendapati seorang pelayan yang menyapanya di lorong hotel, pramusaji yang berkelakar padanya tentang cuaca, teman lamanya yang menawarinya jasa asuransi di ujung jalan, dan pesta perayaan Hari Marmot Tanah di siang harinya. Setiap hari adalah 2 Februari bagi Phil.


Anehnya, apapun yang Phil lakukan, siklus kejadian di kota itu tidak pernah berubah. Selalu mengulang-ulang hal yang sama setiap harinya. Phil selalu akan mendapati seorang pelayan yang menyapanya di lorong hotel, pramusaji yang berkelakar padanya tentang cuaca, teman lamanya yang menawarinya jasa asuransi di ujung jalan, dan pesta perayaan Hari Marmot Tanah di siang harinya. Meski Phil melakukan hal-hal lain yang berbeda dari hari 2 Februari sebelumnya, siklus kejadian di kota itu hanya akan mengulang dengan versi yang berbeda sesuai dengan pengaruh hukum sebab-akibat yang Phil lakukan tetapi dengan pola yang sama, dan hanya berlaku pada hari itu.


Awalnya hal ini dimanfaatkan oleh Phil untuk menggali rahasia para penduduk kota, menggoda para wanita, mencuri uang, mengemudi dengan ugal-ugalan, sampai dimasukkan ke dalam penjara hanya sebagai kesenangan dan pelariannya semata dari jeratan siklus waktu itu. Tetapi, esok harinya dia terus mendapati dirinya terbangun pada pukul enam pagi tanggal 2 Februari dengan jam radio di atas mejanya memainkan lagu "I Got You Babe" yang dinyanyikan oleh Sonny & Cher.


Menyadari dia tidak bisa terlepas dari siklus waktu tersebut, Phil mulai mencoba untuk menikmatinya dengan mengisi waktu-waktunya untuk belajar banyak hal, seperti bermain piano, memahat, sekaligus memanfaatkannya untuk mencari tahu lebih banyak mengenai Rita, teman satu tim sekaligus perempuan yang disukainya. Phil mulai mengajak Rita mengobrol secara personal dan memperluas pengetahuan tentang Rita dan kota itu setiap harinya.


Sampai suatu hari di 2 Februari berikutnya, Phil benar-benar berakting  seolah-olah dia tahu banyak mengenai Rita dan segala hal tentangnya. Phil menarik perhatian Rita dengan memesankan makanan dan minuman kesukaan Rita, membicarakan hal-hal yang menarik minatnya, dan membacakan puisi Perancis, (setelah mengetahui informasi dari hari sebelumnya bahwa Rita pernah mengambil kuliah Sastra Perancis). Dan pada puncaknya, dia membuat Rita terkesan dengan memainkan piano di sebuah pesta dansa dan membuat Rita yang selama ini tak acuh pada perasaannya akhirnya jatuh hati pada Phil.


Namun di tengah-tengah romantisme seperti itu, Phil justru merasa kehilangan. Karena esok harinya, Rita akan kembali menjadi Rita yang menemuinya di lapangan tepat pada hari perayaan sebagai rekan kerjanya yang lupa tentang kejadian kemarin.  


***


Dalam kehidupan pribadi kita, kita mungkin pernah ingin pergi ke sebuah titik di masa lalu pada waktu tertentu dan memperbaiki kesalahan yang pernah kita lakukan atau hal-hal yang kita anggap sebagai kesalahan yang tak semestinya terjadi. Tetapi bahkan setelah mengalami berbagai macam versi pengulangan tersebut, apakah kita akan benar-benar terlepas dari kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan? Atau malah justru hanya menciptakan mata rantai masalah baru dari kausa dan efek dengan pola yang lain? Dan apakah kita meyakini bahwa salah satu dari versi pengulangan itulah yang terbaik? Atau seperti yang dialami Phil, kita justru tetap akan menemukan kesulitan-kesulitan dengan versi yang berbeda-beda? Dan bagaimana kita dapat meyakini bahwa sesungguhnya mengubah jalan cerita masa lalu itu adalah hal yang terbaik dari yang telah terlanjur terjadi?


Seperti kata seseorang yang saya kenal, sehebat apa pun manusia mengembalikan waktu seperti tokoh-tokoh dalam film, manusia adalah makhluk yang tetap terlalu lemah untuk diberikan kewenangan mengendalikan waktu. Manusia adalah makhluk yang hanya mampu hidup di dalam dimensi x, y, z, t tanpa mampu mengendalikan ketak-terhinggaan dan memahami ketak-berbatasan.

Pada akhirnya, kita harus menerima, bahwa waktu adalah lingkaran. Bukan garis lurus. Tidak bertitik mula dan tidak berujung akhir. Waktu adalah siklus seperti bola yang berotasi dan semut yang berjalan di atasnya yang berjalan lurus ke depan, tidak pernah mundur, melompat, atau melangkahi, dia berjalan ke depan hanya untuk kembali lagi kepada titik yang sama. Titik dimana entah kapan manusia pada awalnya diciptakan dan kelak akan kembali lagi kepada titik yang sama.


Maka, kita hanya harus menikmatinya pelan-pelan, mengunyahnya dengan penuh kenikmatan, setiap momennya, setiap manis-getirnya, sebelum kembali kepada titik akhir perjalanan masing-masing.


Dimensi Keberadaan dan Waktu


Kamu tahu apa yang paling misterius di kehidupan ini? Cinta? Bukan. Takdir? Ah ya, tapi bukan itu yang kumaksud. Hal yang paling misterius di dunia ini adalah waktu. Kamu tidak akan pernah tahu seperti apa bentuknya. Sejak kapan ia dimulai. Sampai kapan ia berakhir. Bagaimana sifatnya. Bagaimana ia bekerja. Dan seperti apa keunikan-keunikannya.


***


Sebagaimana sebuah maha sastra bermula, dan sebagaimana kisah layaknya pantas diceritakan dari kejadian yang hanya bisa ceritakan, alkisah, dulu segalanya bertitik awal dari sebuah Pohon Terlarang yang tumbuh di tengah-tengah taman yang luas, --yang dipenuhi dan dihuni oleh pepohonan yang ranum dan segar, sungai-sungai yang mengalir bercabang-cabang, mata air yang memancarkan kemurniannya, binatang-binatang dengan bola mata yang bulat dan bulu-bulu yang indah berlari-lari di padang rumput yang hijau, malaikat-malaikat yang berkerudung berbaris-baris dalam beberapa shaf dan kelompok, atau bahkan para peri bersayap yang terbang dari ranting ke ranting atau dari telaga ke telaga. 

Dan lalu, Pohon Terlarang tersebut membuka lembar pertama sejarah peradaban dari sebuah maha sastra kehidupan yang panjang ketika buahnya dengan tanpa dosa dijamah oleh Bapak para manusia yang dengan kepolosan jiwanya jatuh di dalam bujuk rayu sang Perempuan yang sebelumnya diiming-imingi oleh makhluk yang gerangan esok menjadi musuh abadi kaum manusia dengan sesuatu bernama Keabadian.

Lalu apa itu keabadian? Seperti apakah keabadian? Apakah keabadian adalah tidak berlakunya hukum-hukum waktu terhadap sesuatu yang bersifat abadi itu sendiri? Apakah keabadian berarti suatu kondisi statis dimana tidak berlaku segala sifat-hukum mutlak dan relatif yang keterlaluan paradoksnya sebagaimana yang berlaku dalam dimensi x, y, z, dan t seperti yang kita diami sekarang?


***


***


Konon, setelah memakan buah Pohon Terlarang tersebut, keduanya menyadari aurat masing-masing dan kemudian timbullah rasa malu di dalam hati mereka. Terbukalah pengetahuan duniawi tentang aib dan kehormatan, tentang baik dan jahat, tentang benar dan salah. Lalu terbesitlah perasaan berdosa di dalam hati mereka atas kesalahan akan pelanggaran yang telah diperbuatnya. Sesuatu yang selama ini sebelumnya tidak pernah disadari oleh mereka. Karena memang hakikatnya di Taman tersebut tidak mengenali nilai-nilai benar dan salah, pantas dan tidak, moral dan amoral. Segala konsepsi, sifat dan hukum-hukum tersebut sesungguhnya hanya berlaku kemudian di dalam dimensi materi.

Maka sebagai halnya yang telah seharusnya termaktub, Pohon Terlarang tersebut membuat mereka terusir dari Taman Firdaus yang sesungguhnya telah memiliki segalanya di sana, --keindahan, keajaiban, dan bahkan termasuk keabadian itu sendiri. Keabadian yang justru tidak akan pernah dapat mereka definisikan sebagai Keabadian bila mereka tidak terjatuh ke muka bumi, tempat dimana mereka hidup di dalam dimensi materi yang serba relatif dan dinamis yang memang berjodoh dengan akal dan rasio untuk mendefinisikan segala sesuatu, tentang benar dan salah, baik dan jahat, moral dan amoral, sebagaimana sifat yang memang dihakikatkan terhadap buah Pohon Terlarang tersebut.


***


Dan akhirnya di sinilah kita. Mencoba-coba mendefinisikan segala sesuatu. Mendefinisikan tentang Keabadian, Waktu, Kehidupan. Dan hei, kurang Sastra apa lagi kisah tentang Taman Firdaus itu?

Wednesday, February 3, 2016

Metanoia #4


“Kamu nyadar nggak, kalo ternyata semesta ini cuma memproduksi hal yang sama berulang-ulang? Setiap fenomena atau pengalaman yang terjadi tu sebenernya udah pernah terjadi di masa lalu, tapi terjadi lagi dengan peran, waktu, suasana dan cerita yang berbeda. Esensinya tetep sama.”


“Maksudnya? Ini kamu lagi ngomongin LGBT dan kaum Luth apa gimana?


“Maksudku, hidup itu repetisi. Cuma benar dan salah; sedih dan senang, gagal-berhasil, pesimis-optimis, bodoh-bijaksana, ceroboh—hati-hati. Itu aja. Kayak bilangan biner. Atau siang dan malam. Itu-itu aja. Contohnya dalam skala individual deh, kalo suatu hari kamu ngerasa gembira karena suatu hal, itu adalah bentuk lain dari kesenangan. Atau kamu ngerasa bangga, bahagia, puas, itu tetep aja intinya bentuk dari kesenangan kan? Sama aja kalo kamu ngerasa resah, menyesal, kecewa, patah hati dan seterusnya. Itu namanya kesedihan. Setiap hari adalah pengulangan nilai-nilai, emosi, struktur yang itu-itu aja. Dan dalam skala yang lebih luas,  dunia bergerak dengan pola yang hampir selalu sama dari zaman ke zaman. ”


“Makanya setiap zaman selalu ada bentuk jahiliyahnya masing-masing gitu? Dan azabnya masing-masing? Ini kamu lagi ngomongin Atlantis, Babilonia, atau apa sih?”


“Ah, entahlah…”

Mnemosyne


I don’t know if everything of the universe is connected each other, but, recently, I met an old friend. I met her accidentally from my friend that I know in a couple of months. I have no idea at all that those two guys knowing each other until that day. When I saw her, she was like,

“Oh my God, it's been a long time.”

Then we were trapped in a nostalgic moment when we were recalling all of those childhood memories.

“Do you remember when we're in the same class? I used to mock you, and every time I did it, we wouldn't have talked for a few days.”

“Haha, you’re the expert. Yeah, I know you were talented at making fun of your victim. But, anyway, we had almost never talked indeed...”

She laughed, be quiet, and said,


“Yeah, I know. You know what, now I see you and it's like I found a stranger with my friend's name.”


***
Do we believe that people change?
Basically I don't.